Senin, 25 Januari 2010

sentuhan cinta

Buaian Cinta!!


"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." Qs. Ali Imran 14


Alhamdulillah kita telah memasuki bulan Dzulhijjah untuk kesekian kalinya, dan saya pun merasa senang bisa dilahirkan pada bulan Dzulhijjah, tepatnya pada tanggal 18 Dzulhijjah. Sudah menjadi hal yang umum bahwa di bulan ini akan banyak kajian-kajian yang bersifat tematik, dan tema yang menggema dibulan ini adalah tentang haji. Banyak peristiwa-peristiwa pada bulan ini yang menjadikan istimewa untuk bulan ini, bahkan hal ibadah banyak yang utama di bulan Dzulhijjah, Haji dengan wukuf-nya, qurban, shoum sunnah dan Al yaumu At Tasyrik di mana diharamkannya kaum muslimin untuk berpuasa dan disunnahkannya untuk bertakbir selama 3 hari itu.

Kemudian peristiwa besar pada bulan ini adalah Nabi Ibrahim as diperintahkan untuk menyembelih anak tercintanya Nabi Ismail as melalui mimpi nubuwahnya. ada yang sangat menarik dari peristiwa ini adalah bentuk pengorbanan dari seorang ayah yang sangat mencintai anaknya. kita tau bahwa sudah sekian tahun Nabi Ibrahim as menunggu mendapatkan buah hati dari istri-istrinya. kita bisa membayangkan betapa besar cinta dan senangnya Nabi Ibrahim as lahirnya Ismail. Ismail adalah anak yang sholeh bahkan menjadi Nabi dan Rasulullah berkat dari doa Nabi Ibrahim as dan ijinNya.

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim"." Qs. Al Baqarah 124

maka semakin besar rasa cinta Nabi Ibrahim as kepada anaknya, Nabi Ismail as.

Tapi, mimpi nubuwah inilah yang menguji cinta Nabi Ibrahim as, apakah cintanya kepada anak melebihi cintanya kepada Rabbnya?. Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anak tercintanya bentuk ujian rasa cinta dan keloyalan. Di manakah nabi Ibrahim meletakkan rasa cintanya yang paling tinggi?. Kisah ini diabadikan dalam Al Quran surat Ash Shafaat 102-107.

Hanya orang-orang yang sudah memiliki anak lah yang mengerti rasa cinta kepada anak, apalagi keluarga yang sudah lama mendambakan kelahiran buah hatinya. Bagaimanakah rasanya apabila yang dicintai mengalami bencana, kesedihan atau bentuk lain yang jauh dari harapan-harapan?. Tentulah itu semua akan melukai kita.

Begitu juga dengan kita, dimanakah letak kecintaan kita kepada Rabb kita?, apakah sudah mencerminkan pengorbanan yang tepat apabila rasa cinta kita kepada lain jika dibenturkan dengan rasa cinta kita kepada Allah?.

Lebih kita dahulukan manakah antara pekerjaan kita dengan panggilan Allah?, lebih kita dahulukan manakah antara rengekan anak dengan panggilan Allah?, lebih kita dahulukan manakah rasa kantuk kita dengan kokok ayam di 1/3 malam terakhir?, lebih kita dahulukan manakah antara novel dengan ayat-ayatNya?lebih kita dahulukan manakah antara surga dengan kenikmatan dunia?.

wallahu'alam, memang susah kita menakar rasa cinta kita, namun semua itu bisa kita ukur dengan parameter pengorbanan kita, lebih cenderung kemanakah?

keilmuan dengan kemalasan?
ibadah dengan kemubahan?
keberkahan, kebaikan dengan kesia-siaan?
kema'rufan dengan kemunkaran?
bernasehat-menasehati dengan bersenda gurau?

dll...

marilah kita rasakan, rasa cinta kita... :)

'Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.' Qs. At Taubah 24


Ya Allah ampunilah hambaMu ini dari kemalasan, kemubahan, kesia-siaan, kemaksiatan/kemungkaran dan banyak bersenda gurai daripada berdzikir kepadaMu.

Ya Allah tunjukilah hamba jalan yang lurus..

Ya Allah tunjukilah rasa cinta yang tepat pada hati ini, dan tujukanlah rasa cinta ini hanya kepadaMu.

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)".Qs Ali Imran 8

"Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."QS. Al Kahfi 10

aamiin.


Menapaki rasa, hari ini

Entah mengapa hari ini saya merasa tidak biasa. Mengingat segala keburukan diri. Kelemahan. Dosa-dosa yang tak terhitung. Merasa bahwa diri ini adalah tanah yang terus ternoda. Yang terus ternganga oleh luka dosa, terkikis iman karena maksiat. Yang jauh dari rasa tawadhu. Sombong. Merasa lebih mulia. Ikhlas yang tercampur dengan pujian. Astaghfirullah

Alhamdulillah, sampai hari ini Engkau memberi segala kenikmatan. Haru hati ini, Engkau begitu sayang kepadaku.. Padahal tak sedikit diri ini lupa kepadaMu. Lalai. Allah aku malu, kadang cintaMu tak berbalas. Sering terlena dengan yang lainnya.

Allah.. begitu makna syukurku sangat sempit. Tak seluas seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. Seorang yang dijamin masuk syurga begitu bersemangat beribadah. Terhentak saat mengingat kisah beliau, yang lebih mencintai sholat malam daripada hal duniawi. Daripada berduaan dengan istri, terlelap pulas dalam buaian mimpi. Lembut saat beliau mengatakan bahwa beliau ingin bersyukur kepada Sang pemberi nikmat. Mataku selalu berkaca-kaca, dan menangis. Beliau tak pernah lupa bersyukur. Sedangkan aku? Sering aku hanya datang saat terluka. Saat butuh bantuan, terjembab dalam kedukaan. Namun jauh dariMu saat nikmat hadir. Saat lapang. Tenggelam dalam kesenangan.

Padahal jelas dalam surat cintaMu tertera

“La’in syakartum laa aziidannakum, wala’in kafartum inna adzabii lasyadiid” (Ibrahim-7)

Jika kamu bersyukur akan nikmat yang Aku berikan kepada-Mu, niscaya akan Aku tambah nikmat tersebut kepadamu, namun jika kamu kufur akan nikmat-Ku, ingatlah bahwa azab-Ku sangat pedih.

NikmatMu sungguh tak terhitung. Tak kan tertulis meski lautan dijadikan tinta. Begitu cintaMu tetap hadir. Mengisi hari-hari. Memberi apa yang dipinta. Mengabulkan do’a-do’a pada yang datang padaMu. Memudahkan kepada siapa yang bersungguh-sungguh berharap padaMu.

Tuhan betapa aku malu

Atas semua yang Kau beri

Padahal diriku terlalu sering membuatMu kecewa
Entah mungkin karna ku terlena

Sementara Engkau beri aku kesempatan berulang kali

Agar aku kembali

(Edcoustic-Aku ingin mencintai-Mu)

Hari ini menjadi begitu bermakna. Semoga aku bisa Mencintai-Mu dengan sebenar-benar cinta. Semoga diri ini bisa menjadi seorang yang bersyukur, Abdan syakuran. Bukan seorang yang kufur nikmat. Agar nikmat selalu bertambah dan penuh dengan keberkahan.

Kututup hari ini dengan do’a indah, yang sering membasahi lisan mulia Rasulullah.

Allahumma inni as’alukal huda wat tuqaa wal ‘afafa wal ghina.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu petunjuk, ketaqwaan, kesucian dan kecukupan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar